BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Keperawatan sebagai salah satu
bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu
pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu
dan citra rumah sakit. Keperawatan adalah ilmu humanistis tentang kepedulian
dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
caring terhadap rehabilitasi individu yang sakit atau sehat.
Sumber daya manusia perawat yang
memiliki ciri bentuk produknya tidak dapat disimpan dan diberikan dalam bentuk
individual, serta pemasaran yang menyatu dengan pemberi pelayanan, sehingga
diperlukan sikap dan perilaku khusus dalam menghadapi konsumen. Tenaga perawat
yang merupakan “The Caring Professional”
mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan
pendekatan bio-psiko-sosial-spritual.
Pelayanan keperawatan merupakan
pelayanan yang unik dimana dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan yang
merupakan kelebihan tersendiri disbanding pelayanan lainnya (Djojodibroto,
1997). Pada kenyataannya saat ini tenaga perawat yang ada dilapangan masih
belum memenuhi standar. Pelayanan keperawatan yang berkualitas sangat
dipengaruhi oleh faktor balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang tepat
sesuai dengan keahliannya, berat ringannya pekerjaan dan sifat pekerjaan yang
monoton, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang, serta
sikap pimpinan atau supervisor dalam memberikan bimbingan dan pembinaan.
Pengembangan karir perawat merupakan
suatu perencanaan dan penerapan rencana karir yang dapat digunakan untuk
penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta
menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi
perawat. Hal ini akan meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan berusaha
mengontrol karirnya dan memilih karir yang lebih baik sehingga ia terus
berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis & Huston,2000).
Sehubungan dengan hal tersebut manajemen rumah sakit harus berusaha menciptakan
kepuasan kerja sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan dan
disiplin perawat meningkat serta mendukung terwujudnya rumah sakit (Hasibuan,
2003).
Gibson (1996) menyatakan bahwa
peningkatan penerapan dan pemberlakuan pengembangan staf atau jenjang karir di
lahan klinik merupakan suatu perubahan yang mendasar bagi suatu organisasi
pelayanan kesehatan dan merupakan upaya menajer keperawatan untuk terus
mengembangkan diri perawat, sehingga perawat dapat mencapai kepuasan karir dan
kepuasan kerja. Hal ini merupakan salah satu tantangan yang berat bagi
manajemen rumah sakit saat ini, karena
dalam pelaksanaannya membutuhkan kerjasama dan partisipasi antara pihak
manajemen rumah sakit dan staf keperawatan (Marquis, 2000).
Berdasarkan hasil wawancara yang
telah kelompok lakukan kepada beberapa orang perawat di ruang lantai III Gedung
Baru RSU Sari Mutiara, ditemukan dari 22
orang perawat di ruangan tersebut yang memiliki pendidikan D-3 Keperawatan
sebanyak 16 orang, lulusan D-3 Kebidanan sebanyak 3 orang, lulusan S1
keperawatan sebanyak dari 2 orang dan pendidikan Profesi Ners adalah sebanyak 1
orang dimana perawat mengatakan bahwa mereka belum mengikuti program
pengembangan yang diadakan rumah sakit.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah
dilakukan pengkajian di Lantai III Stella Gedung Baru RSU xxxxxx,
kelompok mampu mengidentifikasi masalah dan menetapkan prioritas pemecahan
masalah.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengkajian melalui wawancara dan
observasi diharapkan kelompok mampu :
1. Mampu
mengidentifikasi pengembangan staff perawat dalam meningkatkan kinerja dan
produktivitas rumah sakit
2. Mampu
mensosialisasi pengembangan staff dan karir perwat.
1.3
Manfaat
Dengan diadakannya praktek profesi manajemen
keperawatan, diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bagi
Ruangan atau Rumah Sakit
Sebagai satu masukan kepada pihak
Rumah Sakit tentang pengembangan staff perawat melalui pendekatan manajerial
yang efektif dalam mencapai keefektifan tenaga perawat dan pelayanan Rumah
Sakit yang berkualitas.
2. Bagi
Perawat
Menambah wawasan perawat tentang
kebutuhan pelayanan berkualitas dan meningkatkan motivasi dalam mengembangkan
diri.
3. Bagi
Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat terus meningkatkan
kemampuan mahasiswa khususnya dalam manajemen keperawatan dengan pendekatan
praktik professional.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1
Manajemen
Keperawatan
Manajemen
adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen
berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi. Manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan
manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan
rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Kita ketahui
disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.
2.1.1
Peran, Fungsi dan Tugas Tenaga
Keperawatan
A.
Peran
Peran
Perawat Kesehatan antara lain :
a. Pelaksanaan
Pelayanan Keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai pada yang
paling kompleks kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pengelola
dalam bidang Pelayanan Keperawatan
Tenaga keperawatan secara fungsional
mengelola pelayanan keperawatan termasuk perlengkapan, peralatan dan
lingkungan. Disamping itu membimbing petugas kesehatan yang berpendidikan lebih
rendah, bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di masyarakat
maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk pasien,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
c. Pendidik
Pelayanan Keperawatan
Tenaga keperawatan bertanggung jawab
dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan dasar bagi tenaga
kesehatan lainnya dan tenaga anggota keluarga.
B.
Fungsi
Tenaga Perawat
Tenaga
keperawatan diharapkan dapat melaksanakan fungsi (pada pasien-pasien yang
dirawat) sebagai berikut :
a. Menentukan
kebutuhan kesehatan pasien dan mendorong pasien untuk berperan serta didalam
memenuhi kebutuhan kesehatannya.
b. Memberikan
penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan perorangan, kesehatan lingkungan,
kesehatan mental, gizi, kesehatan ibu dan anak, pencegahan penyakit dan
kecelakaan.
c. Memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien yang meliputi perawatan darurat, bekerjasama
dengan dokter dalam program pengobatan.
d. Melaksanakan
rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi dan menerima
rujukan dari organisasi kesehatan lainnya.
e. Melaksanakan
pencatatan pelaporan asuhan keperawatan
C.
Tugas
Sebagai
penjabaran dari fungsi maka tugas tenaga keperawatan adalah :
a. Memelihara
kebersihan dan kerapian di dalam ruangan
b. Menerima
pasien baru
c. Melaksanakan
asuhan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan
d. Mempersiapkan
pasien keluar
e. Membimbing
dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya rumah tangga
f. Mengatur
tugas jaga
g. Mengelola
peralatan medic dan keperawatan, bahan habis pakai dan obat
h. Mengelola
administrasi
2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen
secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a.
Perencanaan (Planning),perencanaan merupakan :
·
Gambaran apa yang akan dicapai
·
Persiapan pencapaian tujuan
·
Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
·
Persiapan tindakan-tindakan
·
Rumusan tujuan tidak harus tertulis
dapat hanya dalam benak saja
·
Tiap-tiap organisasi butuh perencanaan
b.
Pengorganisasian (organizing),merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan
menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat-alat keuangan
dan fasilitas.
c.
Penggerak (actuating),mengerakkan orang-orang agar mau atau suka bekerja.
Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan
kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
d.
Pengendalian / pengawasan (controling),merupakan fungsi pengawasan
agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara
dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera
diperbaiki.
e.
Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbnadingan
hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase
tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan
ditujukan pada fungsi organic administrasi dan manajemen.
Adapun unsure yang
dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, metode, machine
minute dan market.
2.1.3
Prinsip – Prinsip Manajemen
a.
Pembagian pekerjaan (Division of work)
b.
Kewenangan dan tanggungjawab (Authority dan responsibility)
c.
Disiplin (Dicipline)
d.
Kesatuan komando (Unity of command)
e.
Kesatuan arah (Unity of direction)
f.
Kepentingan individu untuk tunduk pada
kepentingan umum (Sub ordination of
individual to generate interest)
g.
Penghasilan pegawai (Renumeration of personal)
h.
Sentralisasi (Centralization)
i.
Jenjang Hirarki (Scalar of hierarchi)
j.
Ketertiban (Order)
k.
Stabilisasi jabatan pegawai (Stability of tenure personal)
l.
Keadilan (Equlity)
m.
Prakarsa (Inisiative)
n.
Kesetiakawanan korps (Esprit de Corps)
2.1.4 Proses Manajemen Keperawatan
Proses
manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana
masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen
yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Pendekatan
sistem terbuka masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan
dipengeruhi oleh lingkungan.
Komponen dari Manajemen Keperawata :
1. Input
2. Proses
3. Output
4. Kontrol
5.
Feed
Back Mechanism
INPUT
·
Informasi
·
Personal
·
Peralatan
·
Fasilitas
Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
PROSES
Kelompok
manajemen (dari tertinggi sampai perawat pelaksana) yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melaksanakan perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
OUTPUT
·
Askep (Asuhan Keperawatan)
·
Pengembangan staff sampai dengan riset
KONTROL
·
Budget
·
Prosedur
·
Evaluasi Kinerja
·
Akreditasi
FEED
BACK MECHANISM
·
Laporan financial
·
Audit keperawatan
·
Survey kendali mutu
·
Kinerja
2.1.5 Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen
keperawatan
Prinsip –prinsip
yang mendasari manajemen keperawatan :
a. Manajemen
seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan
dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif
dan terencana
b. Manajemen
keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer
keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram
dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
c. Manajemen
keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun
permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial
d. Memenuhi
kebutuhan asuhan keperwatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat
dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini.
Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan
e. Manajemen
keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan
f. Pengarahan
merupakan elemen kegiatan manajeman keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervise, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang
telah di organisasi
g. Divisi
keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja
yang baik
h. Manajemen
keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif akan
mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan
pengertian diantara pegawai
i.
Pengembangan staff penting untuk
dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat pelaksana untuk menduduki posisi
yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j.
Pengendalian merupakan elemen manajemen
keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standard an memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer
dan administrator seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan
pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.6 Lingkup Manajemen keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industry
besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan
kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh
sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar
olej gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi :
a.
Menetapkan penggunaan proses keperawata
b.
Melaksanakan intervensi keperawatan
berdasarkan diagnose
c.
Menerima akuntabilitas kegiatan
keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d.
Menerima akuntabilitas untuk hasil –
hasil keperawatan
e.
Mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi
oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran
diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari :
a. Manajemen
operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1.
Manajemen puncak
2.
Manajemen menengah
3.
Manajemen bawah
Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang
tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kemampuan
menerapkan pengetahuan
2. Keterampilan
kepemimpinan
3. Kemampuan
menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan
melaksanakan fungsi manajemen
5. Manajemen
asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
Persyaratan Ruangan
Menjalankan MPKP
Syarat-syarat ruangan
menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:
a. memiliki fasilitas
perawatan yang memadai
b. Memiliki
jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada
c. Memiliki
perawat pendidikan yang telah terspesialisasi
d. Seluruh
perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer.
2.1.7.
Kerangka Konsep Manajemen Keperawatan
Manajemen partisipasif yang berlandaskan pada paradigm
keperawatan: manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya. Jika
informasi yang bermanfaat dan layak pada individu akan membuat keputusan
terbaik untuk dirinya sendiri. Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai oleh
kelompok. Setiap individu memiliki karakteristik dan motivasi, minat dan cara
untuk mencapai tujuan kelompok.
Fungsi koordinasi dan pengendalian amat penting dalam
pencapaian tujuan. Persamaan kualifikasi harus di pertimbangkan. Individu
memiliki hak dan tanggung jawab untuk mendelegasikan kewenangannya pada mereka
yang terbaik dalam organisasi. Pengetahuan dan keterampilan amat diperlukan
dalam pengambilan keputusan yang professional. Semua sistem berfungsi untuk
mencapai tujuan kelompok dan merupakan tujuan bersama untuk menetapkan tujuan
bersama.
Manajer keperawatan merupakan fungsi utama bidang
keperawatan. Peningkatan mutu kinerja perawat dapat melalui pendidikan
berkelanjutan. Proses keperawatan individual menunjang pasien untuk mencapai
kesehatan optimal. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat
untuk setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan ASKEP yang
bermutu. Perawat adalah advokat pasien. Perawat berkewajiban untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga.
Keterampilan manajer:
1. Konseptual
2. Skill
3. Hubungan
antar manusia
2.1.8.
Kepemimpinan
Teori Kepemimpinan
1. Generalisasi
serangkaian fakta tentang sifat, perilaku dan konsep kepemimpinan
2. Menjelaskan
latar belakang, dan alasan dan syarat pemimpin
3. Menerangkan
sifat, peran dan fungsi serta etika profesi yang digunakan pemimpin
Tekhnik
Kepemimpinan
1. Kepemimpinan
dan keterampilan tekhnis untuk menerapkan teori dan prinsip kepemimpinan
2. Konsep
pemikiran dan pendekatan yang digunakan
Gaya Kepemimpinan
1.
Autokratis
· Kebebasan
sangat sedikit
· Kontrol
tinggi
· Keputusan
oleh pemimpin
· Aktivitas
pimpinan tinggi
· Tanggung
jawab pertama oleh pimpinan
· Kuantitas,
kualitas baik
· Sangat
efisien
2. Demokratis
·
Kebebasan sedang
·
Kontrol sedang
·
Keputusan pimpinan dengan kelompok
·
Aktivitas pimpinan tinggi
·
Tanggung jawab tinggi
·
Output, kreatif, High Quality
3. Laissez
Faire
·
Sangat bebas
·
Tidak ada kontrol
·
Pengambilan keputusan, bisa dari
kelompok, juga bisa tidak dilibatkan
2.2.Sistem
Pengembangan Staf Perawat
2.2.1.
Definisi
Pengembangan staf adalah suatu perencanaan dan
penerapan rencana karir yang dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang
yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih baik
sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat. Hal ini akan meningkatkan kualitas
kerja perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya dan memilih karir yang
lebih baik sehingga ia terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis
& Huston, 2000)
2.2.2.
Tujuan
Menurut Aditama T.Y (2004) pengembangan staf bertujuan untuk:
1. Memelihara dan
meningkatkan kemampuan kerja yang saat ini dilakukan
2. Meningkatkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk dimasa yang akan datang dalam pengembangan
karir selanjutnya
2.2.3.
Pengertian
Karir
Karir adalah suatu deretan posisi yang diduduki oleh
seseorang selama perjalanan usianya (Robbins, 2001) hal ini didukung oleh
pendapat Saroso (2003), bahwa karir adalah suatu jalur yang dipilih atau
kontrak yang dibuat seseorang untuk berkontribusi dalam suatu profesi dengan
memuaskan. Robbins (2001) menyatakan bahwa perawat mempunyai tanggung jawab
utama terhadap karirnya sendiri. Selanjutnya ia menguraikan bahwa karir
keperawatan mempunyai tiga komponen utama yaitu jalur karir, perencanaan karir
dan pola karir
Komponen pertama adalah jalur karir, yaitu lintasan yang
dapat ditempuh oleh seorang perawat mulai dari jenjang terendah sampai jenjang
tertinggi, yang mungkin dapat dicapai apabila perawat mampu bekerja secara
produktif, loyal kepada organisasi, menunjukkan perilaku professional, serta
mampu untuk tumbuh dan berkembang dan memberi kesempatan kepada perawat untuk
berprestasi dan meniti karir ke jenjang lebih tinggi, serta berhak dapat
imbalan sesuai jalur yang professional.
Komponen kedua adalah perencanaan karir, yang merupakan
tanggung jawab perawat sendiri untuk melakukan evaluasi diri atau menseleksi
jalur karir tentang pencapaian pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan penyusunan tujuan karir, dan bagaimana
cara untuk mencapai hal tersebut sehingga dapat mengembangkan profesionalisme.
Dalam perencanaan karir dibutuhkan seorang perawat konselor karir, supervisor/
staf pengembangan yang akan menolong perawat pelaksana mengkaji dan menganalisa
minat, keterampilan, dan pilihannya, sehingga dapat membantu memudahkan perawat
pelaksana mencapai karirnya.
Komponen ketiga adalah pola pengembangan karir, merupakan
suatu metoda atau sistem dimana manajer keperawatan membantu perawat
professional memilih tujuan karir, mengarahkan dalam merencanakan karir untuk
meraih kepuasan karir dan mencapai tujuan karir yang telah ditetapkan sesuai
dengan pengalaman dan keahliannya.
2.2.4.
Pengembangan Karir
Pengembangan SDM
keperawatan dapat ditempuh melalui:
a. Pendidikan
lanjutan
b. Melakukan
penilaian kinerja (Performance Apraisal)
c. Rotasi
sesuai kebutuhan
d. Pelatihan
Ada enam prinsip
pengembangan karir staf perawat (Direktorat Keperawatan Depkes RI, 2004) Yaitu:
1. Kualifikasi
Kualifikasi
perawat dimulai dari lulusan D.III Keperawatan, saat ini sebagian besar lulusan
SPK, sehingga perlu penanganan khusus terhadap pengalaman kerja, lamanya
pengabdian terhadap profesi, uji kompetensi dan sertifikasi.
2. Penjenjangan
Penjenjangan
mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang
akontebel dan etis sesuai dengan batas kewenangan praktek dan kompleksitas
masalah pasien.
3. Penerapan
Asuhan Keperawatan
Fungsi
utama perawat klinik adalah memberikan asuhan keperawatan langsung sesuai
standart praktik dan kode etik.
4. Kesempatan
yang sama
Setiap
perawat klinik mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan karir sampai
jenjang karir professional tertinggi, sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Standar
Profesi
Dalam
memberikan asuhan keperawatan mengacu pada standart praktik keperawatan dan
kode etik keperawatan.
6. Komitmen
Pimpinan
Pimpinan
sarana kesehatan harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengembangan
karir perawat, sehingga dapat dijamin kepuasan pasien serta kepuasan perawat
dalam pelayanan keperawatan.
Program pengembangan
karir dapat digunakan utnuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan
keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih sesuai dengan kemampuan
dari potensi perawat. Dengan adanya program pengembangan karir akan
meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya dan
mencapai karir yang lebih baik sehingga ia akan terus berprestasi dan
memperoleh kepuasan kerja (Marquis & Huston, 2000)
Marquis (2000) perawat
mempunyai tanggung jawab utama terhadap karirnya sendiri dengan cara sebagai
berikut:
1. Perawat
harus mengenali kekuatan, kelemahan, dan bakatnya, rencanakan karir pribadi
dengan jujur pada diri sendiri
2. Mengelola
reputasi diri sendiri dan lakukan pekerjaan kita berprestasi dan biarkan
lingkungan menilai prestasi kerja.
3. Mengembangkan
kontak jaringan kerja agar terinformasi perkembangan IPTEK yang mutakhir
4. Mengikuti
perkembangan terbaru tentang pengetahuan, keterampilan dan kemampuan.
5. Menjaga
keseimbangan antara kompetensi spesialis dan generalis agar mampu bereaksi
terhadap lingkungan kerja yang terus berubah.
6. Mendokumentasikan
prestasi diri, carilah pekerjaan dan penugasan yang akan member tantangan yang
semakin meningkat.
7. Menjaga
pilihan anda tetap terbuka.
Manajemen bertanggung
jawab pada pengembangan karir perawat (marquis, 2000 dan Robbins, 2001). Untuk
itu perlu langkah-langkah:
a. Manajemen institusi harus
menciptakan jalur karir dan kenaikan pangkat, berupaya
mencocokkan lowongan kerja dengan orang yang tepat, meliputi: mengkaji kinerja,
dan potensi perawat yang baru dan lama, agar dapat memberikan bimbingan karir,
pendidikan dan pelatihan yang tepat. Membentuk jenjang karir, dan hal ini harus
dikomunikasikan pada seluruh staf dan diterapkan secara konsisten.
b. Penyerahan informasi karir,
direncanakan secara jelas tujuan dan strategi masa depan rumah sakit sehingga
karyawan akan mampu mengembangkan rencana pribadi.
c. Penerapan posisi kerja,
manajer yang efektif harus mengetahui siapa yang dibutuhkan dan siapa yang
kompeten dalam menerima tugas, tanggung jawab serta tantangan yang besar.
d. Penilaian kinerja karyawan, salah
satu keuntungan dari sistem penilaian yang baik adalah adanya informasi penting
tentang gambaran kinerja, kemampuan perawat yang potensial dan memudahkan untuk
mobilisasi karir.
e. Menciptakan peluang pertumbuhan dan
perkembangan bagi perawat dengan memberi pengalaman kerja
yang telah direncanakan, pengalaman baru, menarik dan secara professional
menantang dan memacu perawat menggunakan keahliannya yang maksimal.
f. Memberikan dukungan dan dorongan
dengan menyediakan pelatihan dan posisikan agar perawat mendapatkan kesempatan
pengembangan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang terbaru.
g. Mengembangkan kebijakan-kebijakan
personel, dengan diterapkannya program pengembangan karir yang
aktif yang menghasilkan beberapa kebijakan untuk mendukung program tersebut.
h. Manajemen yang mempromosikan sistem
jenjang karir berpotensi untuk mampu menjamin
meningkatkan produktivitas dan harus dapat pula menjamin terpeliharanya asuhan
keperawatan yang berkualitas (Kron, 1987)
Berdasarkan uraian
tersebut diatas dan memperhatikan pedoman pengembangan sistem jenjang karir
tenaga perawat dari Direktorat Keperawatan (Depkes RI, 2004) menyimpulkan bahwa
“karir keperawatan ditentukan oleh tenaga
perawat sendiri dengan dibantu oleh konselor karir/ supervisor dan difasilitasi
serta didukung oleh pihak manajemen keperawatan dan manajemen rumah sakit untuk
mengelola karir perawat untuk di promosikan”. Rumah sakit bertanggung jawab
terhadap peningkatan karir perawat agar dapat di promosikan. Rumah sakit
bertanggung jawab terhadap peningkatan karir perawat melalui upaya membentuk
dan mengembangkan sistem jenjang karir professional keperawatan.
2.3.
Asuhan Keperawatan
2.3.1.
Proses Keperawatan
Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari layanan
kesehatan, berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, yang
di tujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun
sehat mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Praktek keperawatan adalah
kombinasi ilmu kesehatan dan seni tentang asuhan (care) dan merupakan perpaduan secara humanistis pengetahuan ilmiah,
falsafah keperawatan, praktek klinik, komunikasi, dan ilmu social.
Sebagai suatu praktek
professional, pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah atau fenomena
tersebut adalah dengan pendekatan proses keperawatan yang merupakan metode yang
sistematis dalam memberikan asuhan keperawatan yang terdiri dari lima langkah
yaitu:
1. Pengkajian
Perawat akan melakukan
pengkajian (melalui wawancara, pemeriksaan fisik, pemanfaatan hasil pemeriksaan
diagnostik) untuk menetapkan diagnosis keperawatan. Pengkajian keperawatan
dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang diyakini dalam keperawatan yang
meliputi pengkajian biologis, psikologis, social dan spiritual.
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan pada dimensi
bio-psiko-sosio-spiritual. Berdasarkan diagnosa keperawatan, ditetapkan tujuan
yang akan dicapai dan mengidentifikasi tindakan keperawatan yang diperlukan
dalam mengatasi masalah klien atau sebagai rencana asuhan keperawatan.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah suatu catatan yang
ada tentang rencana intervensi atau tindakan keperawatan. Rencana keperawatan
merupakan mata rantai antara kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan
keperawatan, dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tekhnis
yang menggambarkan secara ketat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan
oleh perawat terhadap pasien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa
keperawatan.
4. Pelaksanaan
Perencanaan
implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini dilakukan
pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal.
5. Evaluasi
Penilaian/evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara kesinambungan yang melibatkan pasien dan
keluarga serta tenaga kesehatan. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam merencanakan tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
2.3.2.
Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan kualitas yang diinginkan
terkait dengan pelayanan keperawatan terhadap klien. Standar asuhan keperawatan
adalah upaya memberikan asuhan dan bimbingan langsung kepada perawat untuk
melaksanakan praktek keperawatan.
Tujuan standar keperawatan adalah:
1. Meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan.
2. Mengurangi
biaya asuhan keperawatan
3. Melindungi
perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari
tindakan yang tidak teraupetik.
Standar praktek keperawatan meliputi:
1. Standar
I ; Pengumpulan data tentang status kesehatan klien/ pasien dilakukan secara
sistematik dan berkesinambungan. Data dapat diperoleh, dikomunikasikan dan
dicatat.
2. Standar
II ; Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan.
3. Standar
III ; Rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan yang dibuat berdasarkan
diagnosa keperawatan.
4. Standar
IV ; Rencana asuhan keperawatan meliputi prioritas dan pendekatan tindakan
keperawatan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang disusun berdasarkan
diagnosis keperawatan.
5. Standar
V ; Tindakan keperawatan memberikan kesempatan klien/pasien untuk
berpartisipasi dalam peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan.
6. Standar
VI ; Tindakan keperawatan membantu klien/pasien untuk mengoptimalkan
kemampuannya untuk hidup sehat.
7. Standar
VII ; Ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan di tentukan oleh
klien/pasien dan perawat
8. Standar
VIII; Ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan memberi arah untuk
melakukan pengkajian ulang, pengaturan kembali urutan prioritas, penetapan
tujuan baru dan perbaikan rencana asuhan keperawatan.
2.3.3.
Mutu Asuhan Keperawatan
Mutu asuhan keperawatan
adalah kepatuhan terhadap standar praktek keperawatan. Standar praktek
keperawatan ini dikembangkan menjadi dua tipe yaitu:
1. Standar
praktek keperawatan meliputi:
a. Perawat
mengkaji data kesehatan
b. Perawat
menganalisa data dan menentukan diagnose keperawatan
c. Perawat
mengembangkan hasil yang diharapkan pasien. Perawat menganalisa data dan
menetukan diagnosis keperawatan
d. Perawat
mengembangkan rencana tindakan keperawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan
e. Perawat
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan
f. Perawat
mengevaluasi perkembangan pasien menuju pencapaian hasil
2. Standar
kinerja professional meliputi:
a. Perawat
mengevaluasi secara sistematis mutu dan keefektifan praktek keperawatan
b. Perawat
mengevaluasi dirinya dalam praktek keperawatan hubungannya dengan standar
praktek keperawatan
c. Perawat
menggunakan konsep pengetahuan, keterampilan dalam praktek keperawatan
d. Perawat
mendukung pengembangan profesionalisasi diantara sesame perawat
e. Perawat
memutuskan dan melakukan tindakan untuk kepentingan pasien dengan memperhatikan
etika sopan santun
f. Perawat
bekerjasama dengan pasien dan tim tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan
g. Perawat
melakukan penelitian dalam praktek keperawatan
h. Perawat
mempertimbangkan factor-faktor yang berhubungan dengan keefektifan biaya dalam
pelaksanaan keperawatan
Proses peningkatan mutu
diperlukan 3 jenis standar yaitu input, proses dan output. Mutu mempunyai dua
sisi yang tidak dapat dipisahkan yaitu pertama kepatuhan terhadap mutu standar
meliputi standar masukan, contoh : standar tenaga, prasarana, metoda,
peralatan. Standar proses, seperti proses pelayanan perawatan, medis, dan
administrasi dan standar hasil seperti kesembuhan pasien, kematian, lama
dirawat dan kepuasan pasien. Kedua kepatuhan terhadap harapan pelanggan yang
terdiri dari penyesuaian terhadap tuntutan konsumen dan tuntutan profesi.
BAB III
ANALISA SITUASI
3.1.
Analisa
Situasi Ruangan
3.1.1.
Keadaan
Ruangan
Rumah Sakit Umum xxxxx medan merupakan rumah sakit umum tipe B dengan fasilitas yang memadai
dan merupakan salah satu rumah sakit di Medan. Selain itu RSU xxxx
Medan merupakan rumah sakit yang terus berkembang dan mengutamakan
keprofesionalan dalam pelayanan kepada pasien.
Ruang lantai III
merupakan salah satu ruangan perawatan penyakit dalam tempat kelompok
melaksanakan praktek manajemen keperawatan. Adapun lantai III terdiri dari 22 ruangan
rawat inap yaitu Stella 301 sampai 322. Untuk ruang pegawai terdiri dari 2
ruang kerja kantor (nurse station).
3.1.2.
Ketenagaan
Ruang lantai III di
kelola oleh tenaga keperawatan berjumlah 22 orang, dengan tingkat pendidikan
lulusan Ners berjumlah 1 orang, S1 keperawatan sebanyak 2 orang, D-3 keperawatan sebanyak 16 orang, dan D-3 kebidanan
sebanyak 3 orang.
3.1.3.
Fasilitas
Peralatan
Untuk melaksanakan
asuhan keperawatan di lantai III, sarana yang tersedia antara lain:
1. Karakteristik Instrument
No.
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
|
Korentang
Nierbeken
Com kapas alkohol
Tromol kasa
Com tertutup
Gudel besar
Gudel kecil
Temperature digital
Pingset anatomi
Pingset cirrurgis
Arteri klem
Nald folder
Gunting lurus
Stetoskop
Tensi air raksa
Trolly
Temperature raksa
Gunting aff hecting
Gunting perban
Tongspatel
Bak instrument besar
Bak instrument kecil
Tabung O2
Regular O2
Timbangan BB
Nebulizer
Baki merah
Sputum pot
Urinal
Pispot
Tromol kasa sedang
Senter
Gilingan obat
Sterilisator
|
1
10
2
1
3
3
3
2
2
2
1
1
1
4
1
2
3
1
1
3
2
2
1
1
1
1
3
3
6
6
1
1
1
1
|
2. Karakteristik Alat Kantor
No.
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
|
Buku Rawatan
Buku SKO/SKI
Buku Vital
Sign
Buku Ekspedisi
Buku Obat oral
Buku Injeksi
Pulpen 4 warna
Penggaris
Type-x
Pinsil merah
biru
Lembaran askep
Lembaran catatan
keperawatan
Lembaran
visite dokter
|
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
|
3. Karakteristik Alat Tenun
No.
|
Nama Alat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Laken
Stik Laken
Sarung Bantal
Sarung Guling
Gorden Jendela
Perlak
Selimut
Waslap
Handuk kecil
|
3.1.4.
Hasil
Pengkajian
Analisa hasil
pengkajian yang dilakukan dengan mempelajari secara seksama informasi-informasi
yang diperoleh melalui berbagai pendekatan yaitu meliputi:
a.
Observasi
1. Hasil
observasi di 4 ruang perawatan lantai III, ditemukan bahwa pasien dengan penyakit
menular dan tidak menular (Mis, TB Paru Aktif, DHF) dirawat dalam satu ruangan.
2. Hasil
observasi yang dilakukan di lantai III ditemukan bahwa mayoritas perawat
sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, kadang-kadang lupa mencuci
tangan.
b.
Wawancara
Dari hasil wawancara
yang dilakukan kepada kepala ruangan dan beberapa orang perawat mengatakan
bahwa mereka belum mendapat suatu kesempatan/ program pengembangan baik dalam
bentuk pelatihan internal dan eksternal. Dari ketenagaan perawat ruangan lantai
III yaitu 22 orang perawat yang terdiri dari pendidikan lulusan Ners berjumlah
1 orang, S1 keperawatan sebanyak 2 orang,
D-3 keperawatan sebanyak 16 orang, dan D-3 kebidanan sebanyak 3 orang
adalah perawat pelaksana.
c.
Hasil
Kuesioner
1.
Karakteristik Responden
a.
Data Demografi
Diagram I
Karakteristik Perawat Berdasarkan Usia di LT. III
RSU xxxxxx Medan 2011
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. III RSU xxxxxx Medan Tahun 2011, mayoritas usia perawat 20-24 Thn yaitu sebanyak 11
orang (50%) dan minoritas usia perawat yaitu 35-39 Thn yaitu sebanyak 1 orang (4%)
Diagram II
Karakteristik Perawat Berdasarkan Lama Bekerja di
Lt.III Gedung Baru
RSU xxxxxx Medan 2011
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. III RSU xxxxxx Medan Tahun 2011, mayoritas perawat bekerja selama 1- 5 Tahun yaitu
sebanyak 15 orang (75%) dan minoritas perawat yaitu bekerja selama 11-15 Tahun yaitu
sebanyak 2 orang (10%)
Diagram III
Karakteristik Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Lt. III
RSU xxxxxx Medan 2011
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. III RSU xxxxxx Medan Tahun 2011, mayoritas pendidikan perawat D-III Keperawatan dan S1
Keperawatan yaitu D-III Keperawatan sebanyak 16 orang (73%), S1 Keperawatan
juga sebanyak 1 orang (4%) dan minoritas pendidikan perawat Profesi Ners yaitu
hanya 1 orang (4%)
4.1.2.
Kinerja Perawat
Diagram IV
Kinerja Perawat Tentang Adanya Alat Pelindung Diri
di LT. III RSU xxxxxx Medan 2011
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. III RSU xxxxxx Medan Tahun 2011, mayoritas perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan memakai APD yang tersedia sebanyak 20 orang (91%) dan minoritas
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan, APD tersedia tapi tidak dipakai
sebanyak 1 orang (4%)
Diagram V
Kinerja Perawat Tentang Mencuci Tangan Sebelum dan
Sesudah Melakukan
Tindakan Keperawatan di
LT. III RSU xxxxxx Medan 2011
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. III RSU xxxxxx Medan Tahun 2011, mayoritas perawat sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan, mencuci tangan dengan antiseptik sebanyak 16 orang (73%),
dan minoritas perawat sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan,
kadang-kadang lupa mencuci tangan sebanyak 1 orang (4%)
3.2.
Analisa
Swot
1.
Kekuatan (Strength)
· Merupakan
rumah sakit umum swasta Tipe B
· Merupakan
Rumah Sakit dengan sistem manajemen terbuka
· Mempunyai
sarana dan prasarana untuk pasien dan tenaga kesehatan
· Mempunyai
standar asuhan keperawatan
· Ada
kemauan perawat untuk berubah dan meningkatkan jenjang karir
· Perawat
lantai III terdiri dari lulusan Ners berjumlah 1 orang, S1 keperawatan sebanyak
2 orang, D-3 keperawatan sebanyak 16
orang, dan D-3 kebidanan sebanyak 3 orang.
2. Kelemahan
(Weakness)
· Masih
kurangnya tenaga keperawatan
· Perawat
kadang-kadang lupa mencuci tangan baik sebelum melakukan tindakan maupun
sesudah melakukan tindakan keperawatan.
· Tidak
tersedianya wastafel tempat mencuci tangan di Nurse Station II Ruang Stella
lantai III Gedung Baru.
2.
Kesempatan (Opportunity)
· Adanya
hubungan yang baik antara institusi pendidikan STIKes dengan RSU xxxxxx Medan.
· Adanya
kerjasama yang baik antara diklat rumah sakit dengan pendidikan perawat STIKes
· Adanya
prosedur pendelegasian tugas masing-masing tim kerja sehingga mendukung untuk
mengikuti suatu pelatihan
· Adanya
kerjasama tim yang ada di RSU xxxxxx Medan.
·
Adanya kebijakan pemerintah tentang
profesionalisme perawat
· Kerjasama
dengan PT. Askes, PT. Jamsostek dan Ansuransi kesehatan lainnya.
· Kerjasama
dengan Depkes dan Pemko Medan dalam menyelenggarakan Jamkesmas dan Medan Sehat.
3.
Tantangan (Threath)
·
Adanya tuntutan tinggi masyarakat untuk
pelayanan yang lebih professional
·
Persaingan antar rumah sakit swasta
semakin ketat
·
Makin tingginya kesadaran masyarakat
akan hukum
·
Makin tinggi kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan
·
Adanya tuntutan masyarakat yang semakin
tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang professional
·
Semakin meningkatnya kebutuhan akan
perawat-perawat khusus dan keahlian
3.3.
Perumusan
Masalah
3.3.1.
Analisa
Data
No.
|
DATA
|
MASALAH
|
1.
|
Dari hasil observasi yang dilakukan di lantai III
ditemukan bahwa mayoritas perawat sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, kadang-kadang lupa
mencuci tangan.
|
Resiko tinggi terjadi infeksi nosokomial;
penularan penyakit
|
3.4.
Prioritas
Alternatif Penyelesaian Masalah
Alternative pemecahan
masalah dibuat dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya dan kewenangan
yang ada. Maka dipilih 5 alternatif penyelesaian masalah dan diprioritaskan
dengan menggunakan bobot sebagai berikut:
a. Magnitude
(M) : Besarnya Masalah
b. Importency
(I) : Pentingnya Penyelesaian
Masalah
c. Vulnerability
(V) : Sensitifitas cara penyelesaian
masalah
d. Cost
(C) : Biaya
Rentang bobot nilai efektivitas 1-5 dengan kriteria:
·
Sangat mampu : 5
·
Mampu :
4
·
Kurang mampu : 3
·
Tidak mampu : 2
·
Sangat tidak mampu : 1
Sedangkan nilai efisiensi rentang 1-5 dengan
kriteria:
·
Sangat mampu : 1
·
Mampu :
2
·
Kurang mampu : 3
·
Tidak mampu : 4
·
Sangat tidak mampu : 5
Prioritas
Alternatif Penyelesaian Masalah
No
|
Alternatif
penyelesaian Masalah
|
Efektivitas
|
Efisiensi
|
Jumlah
M.I.V
C
|
Prioritas
|
||
M
|
I
|
V
|
|||||
1.
|
Resiko tinggi terjadi
infeksi nosokomial; penularan penyakit.
|
5
|
5
|
4
|
1
|
100
|
II
|
3.5.
PLANING OF
ACCTION (POA) SEBAGAI AGEN PEMBAHARU
No
|
Masalah
|
Tujuan
|
Rencana Kegiatan
|
Sasaran
|
Waktu
|
Tempat
|
Dana
|
P. Jawab
|
1.
|
Dari hasil observasi
yang dilakukan di beberapa kamar ruangan rawat lantai III ditemukan bahwa
mayoritas perawat sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan, kadang-kadang lupa mencuci tangan
|
Pencegahan penularan
penyakit
|
1. Sosialisasi
untuk meningkatkan
motivasi perawat mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial dengan
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
2. Menetapkan protap mencuci tangan di ruang stella lantai
III gedung baru RSU Sari Mutiara Medan
|
Perawat Lt. III
gedung baru dan Mahasiswa
Perawat Lt. III
gedung baru dan Mahasiswa
|
24-08-2011
24-08-2011
|
Ruang Stela Lt.III
gedung baru
Ruang Stela Lt.III
gedung baru
|
Swadaya Mahasiswa
Swadaya Mahasiswa
|
Tetty
Rianawati
Sri Khairani
|
BAB IV
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
Dari
hasil kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok di lantai III gedung
baru RSU xxxxxx ditemukan bahwa mayoritas perawat sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan,
kadang-kadang lupa mencuci tangan.
Dan
dari hasil pengamatan
yang dilakukan oleh
Musadad, et.al.
(1993) ditulis dalam CDK (Cermin Dunia Kedokteran) yaitu perilaku cuci tangan oleh
tenaga kesehatan baik
dokter maupun perawat
menunjukkan bahwa sebagian besar
petugas tersebut tidak
melaksanakan cuci tangan.
Hal
ini terlihat pada waktu petugas akan memeriksa
pasien, baik saat pertama kali atau pergantian dari pasien satu ke pasien lainnya.
Mereka pada umumnya mencuci
tangan setelah selesai
melakukan pemeriksaan pasien keseluruhannya. Kondisi seperti
ini dapat memicu
terjadinya Infeksi
nosokomial yang dikenal
dengan Healthcare Associated
Infections (HAIs) yang dapat
terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien
lain, dari pasien
kepada pengunjung atau keluarga
maupun dari petugas kepada pasien
(Depkes RI, 2009).
Salah
satu tahap kewaspadaan standar yang efektif dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah hand hygiene
(kebersihan tangan) karena kegagalan dalam menjaga kebersihan
tangan adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan mengakibatkan penyebaran
mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan (Menkes dalam
Depkes RI, 2009).
Menjaga kebersihan
tangan dengan cara
mencuci tangan menuurut Tietjen, et.al.
(2004) adalah metode paling mudah,
murah dan efektif dalam pencegahan infeksi nosokomial dengan strategi
yang telah tersedia
Untuk
itu strategi pemecahan masalah yang dilakukan:
-
Melaksanakan kegiatan sosialisasi untuk meningkatkan motivasi perawat mengurangi resiko
terjadinya infeksi nosokomial dengan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
-
Menetapkan
protap mencuci tangan di ruang stella lantai III gedung baru RSU xxxxxx
Medan
Materi Pencegahan Infeksi
Nosokomial ”Mencuci Tangan”:
1. Definisi
Mencuci tangan adalah
proses secra mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air (Depkes, 2008). Mencuci tangan harus dilakukan
sebelum dan sesudah melakukan tidakan keperawatan walaupun memakai sarung
tangan dan alat pelindung diri lain. Tindakan ini penting untuk mengurangi
mikroorganisme yang ada di tangan sehngga penyebaran infeksi dapat dikurangi da
lingkungan kerja terjaga dari infeksi (Nursalam dan Ninuk, 2007).
Indikator mencuci
tangan digunakan dan harus dilakukan untuk antisipasi terjadinya perpindahan
kuman melalui tangan yaitu:
1.
Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa (kontak
langsung dengan klien), saat akan memakai sarung tangan bersih maupun steril,
saat akan melakukan injeksi dan pemasangan infus.
2.
Setelah mealukan tindakan, misalnya setela memeriksa pasien,
setelah memegang alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi, setelah
menyentuh selaput mukosa.
2. Tujuan Mencuci tangan
Menurut
Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk :
a)
Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
b)
Mencegah infeksi silang (cross infection)
c)
Menjaga kondisi steril
d)
Melindungi diri dan pasien dari infeksi
e)
Memberikan perasaan segar dan bersih.
3.
Indikasi cuci tangan
Indikasi untuk mencuci tangan menurut
Depkes RI. (1993) adalah :
- Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan kateter dan pemasangan alat bantu pernafasan
- Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung
- Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka
- Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput lendir, cairan tubuh, sekresi atau ekresie) Setelah menyentuh benda yang kemungkinan terkontaminasi dengan mikroorganisme virulen atau secara epidemiologis merupakan mikroorganisme penting. Benda ini termasuk pengukur urin atau alat penampung sekresi
- Setelah melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien yang terinfeksi atau kemungkinan kolonisasi mikroorganisme yang bermakna secara klinis atau epidemiologis
- Setiap kontak dengan pasien-pasien di unit resiko tinggi
- Setelah melakukan asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang tidak infeksius
4. Prosedur Cuci
tangan rutin
Menurut Depkes (2008),
cuci tangan rutin atau membersihkan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan
seperti dibawah:
a.
Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih.
b.
Tuangkan sabun secukupnya, pilih sabun cair.
c.
Ratakan dengan kedua telapak tangan.
d.
Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya.
e.
Gosok dengan kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
f.
Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saing mengunci.
g.
Gosok ibu jari kir putaar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
h.
Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
i.
Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
j.
Keringkan tangan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel
sampai benar-benar kering.
k.
Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk
menutup kran.
1) Cuci tangan alternatif/berbasis
alkohol
Hanya menggantikan
cuci tangan higienis/rutin, tidak menggantikan cuci tangan bedah. Dikerjakan
hanya apabila tidak ada cuci tangan standar, misal tidak ada air mengalir
(Depkes, 2008). Menurut Tiedjen, dkk (2004), teknik untuk melakukan penggosokan
tangan antiseptik adalah:
a)
Gunakanlah penggosok antiseptik secukupnya untk melumuri seluruh
permukaan tangan dan jari jemari (kira-kira satu sendok teh).
b) Gosokanlah larutan
tersebut dengan cara menekan pada kedua belah tangan, khususnya diantara jari
jemari dan dibawah kuku hingga kering.
Penggosokan tangan
antiseptik yang bersifat non-iritasi dapat dibuat dengan menambahkan baik
gliserin, propilen glikol atau sorbitol dengan alkohol (2 ml pada 100 ml dari
60-90% larutan etil atau isopropil alkohol) (larson 1990; Pierce 1990) gunakan
5 ml (kira-kira satu sendok the penuh) untuk setiap penggunaan dan lanjutkanlah
penggosokan larutan itu diatas kedua tangan hingga kering.
2). Cuci tangan
aseptik/antiseptik tangan
Cuci tangan aseptik pada dasarya sama dengan cuci tangan biasa
yaitu dengan menggunakan air mengalir dan sabun atau deterjen yang mengandung
bahan antiseptik (klorheksidin, iodofor atau triklosan) selain sabun biasa.
3).
Cuci tangan bedah
Menurut Tiedjen dkk
(2004), tujuan cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan
organisme secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan.
Langkah-langkah cuci
tangan bedah adalah:
a.
Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang.
b.
Basahi kedua lengan bawah hingga siku, dengan sabun dan air
bersih. (jika menggunakan sikat, sikat harus bersih disterilisasi atau DDT
sebelum digunakan kembali, jika digunakan spon harus dibunag setelah
digunakan).
c.
Bersihkan kuku dengan pembersih kuku.
d.
Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air.
e.
Gunakan bahan antiseptik pada seluruh tangan dan lengan bawah
sampai siku dan gosok tengan dan lengan bawah dengan kuat selama
sekurang-kurangnya 2 menit.
f.
Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan
bawah seluruhnya dengan air bersih.
g.
Tegakkan kedua tangan keatas dan jauhkan dari badan, jangan
sentuh permukaan atau benda apapun dan keringkan kedua tangan itu dengan lap
bersih dan kering atau keringkan dengan diangin-anginkan.
h.
Pakailah sarung tangan bedah yang steril atau DDT pada kedua
tangan.
BAB V
PEMBAHASAN
Selama kelompok
melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan di lantai III RSU xxxxxx Medan, didapati beberapa kesenjangan antara teori dengan yang dihadapi
dilapangan. Adapun hal-hal tersebut didapati pada:
3.1.
Pengkajian
1. Pencegahan
infeksi nosokomial: mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan di ruang stella lt III gedung baru RSU xxxxxx Medan.
·
Tinjauan
Teori
Salah satu tahap
kewaspadaan standar yang efektif dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah hand hygiene
(kebersihan tangan) karena kegagalan dalam menjaga kebersihan
tangan adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan mengakibatkan penyebaran
mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan (Menkes dalam
Depkes RI, 2009). Menjaga
kebersihan tangan dengan
cara mencuci tangan
menurut Tietjen, et.al. (2004) adalah metode paling mudah, murah dan
efektif dalam pencegahan infeksi nosokomial dengan strategi yang telah tersedia.
·
Tinjauan Lapangan
Salah satu dari hasil
observasi yang dilakukan di beberapa kamar di ruang rawat lantai III ditemukan
bahwa mayoritas perawat sebelum
dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, kadang-kadang lupa mencuci tangan.
BAB VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
- Salah satu dari hasil observasi dilakukan di beberapa kamar diruang rawat lantai III ditemukan bahwa mayoritas perawat sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, kadang-kadang lupa mencuci tangan.
- Pengembangan staf perawat sudah ada sebelumnya tapi belum maksimal. Program pengembangan staf yang telah terlaksana yaitu penilaian kerja, rotasi untuk orientasi, penempatan sesuai keahlian masih sebahagian karena kurangnya perawat ahli. Ditemukan pula beberapa perawat dengan pendidikan lanjutan yang dilakukan oleh perawat sendiri saja. Pelatihan masih beberapa bulan terakhir terencana.
5.2.
Saran
- Bagi Rumah Sakit
Diharapkan adanya peningkatan kinerja Pokja Pencegahan
Infeksi Nosokomial di RSU xxxxxx Medan
- Bagi perawat
Meningkatkan motivasi perawat untuk terus menambah
pengetahuan, mengembangkan diri dan kemampuan sehingga memperoleh kepuasan
kerja. Kualitas kerja yang baik, perawat akan berusaha mengontrol karirnya dan
memilih karir yang lebih baik sehingga ia terus berprestasi dan memperoleh
kepuasan kerja.
3.
Bagi
ruangan
Meningkatkan kewaspadaan perawat rangan dan mencegah
terjadinya infeksi nosokomial dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
- Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat terus meningkatkan pengetahuan mahasiswa
mengenai manajemen keperawatan khususnya dalam pendekatan praktik profesional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar