A. Pengertian Kepribadian
Menurut
Gordon w. allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai
system psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan.
David
Krech dan Richard S.Cruchfield (1969) merumuskan definisi kepribadian sebagai
berikut: kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke
dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh
usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus
menerus.
Adolf
Heuken S.J.dkk menyatakan kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan,
perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani,
emosional maupun yang social.
Berdasarkan definisi dari allport,
Kretch dan Cruchfield, serta Heuken dapat disimpulkan pokok-pokok pengertian
kepribadian sbb;
-
Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang
terdiri dari aspek psikis, seperti: inteligensi, sifat, sikap, minat,
cita-cita, dst.
-
Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi
dengan lingkungannya yang mengalami perubahan secara terus menerus, dan
terwujudlah pola tingkah laku yang khas atau unik.
-
Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu
mengalami perubahan, tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat
tetap.
-
Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai oleh individu.
Macam-macam Teori Psikologi Kepribadian :
1. Piaget Tahapan Pengembangan Kognitif
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif tetap salah satu yang
paling sering dikutip dalam psikologi, meskipun menjadi subjek kritik yang
cukup. Sementara banyak aspek teori tidak teruji oleh waktu, namun ide intinya
tetap penting hari ini: anak-anak berpikir berbeda daripada orang dewasa.
Pelajari lebih lanjut tentang teori Piaget terobosan dan kontribusi penting
dibuat untuk pemahaman kita tentang pengembangan kepribadian.
Selain menjadi salah satu terbaik tahu pemikir di bidang
pengembangan kepribadian, Sigmund Freud tetap salah satu yang paling
kontroversial. Pada tahap teori terkenal tentang perkembangan psikoseksual,
Freud menyarankan bahwa kepribadian berkembang secara bertahap yang berkaitan
dengan zona erotis tertentu. Kegagalan untuk berhasil menyelesaikan tahap ini,
ia menyarankan, akan menyebabkan masalah kepribadian di masa dewasa.
3. Freud Struktural Model Kepribadian
Konsep Freud tentang id, ego dan
superego
telah menjadi terkenal dalam budaya populer, meski kurangnya dukungan dan
skeptisisme besar dari banyak peneliti. Menurut Freud, tiga unsur dari
kepribadian-yang dikenal sebagai id, ego, dan superego-bekerja sama untuk
menciptakan perilaku manusia yang kompleks.
4. Erikson Tahapan Pembangunan Psikososial
Teori
Erik Erikson tentang
delapan tahap perkembangan manusia adalah salah satu teori terbaik yang dikenal
dalam psikologi. Sementara teori didasarkan pada tahapan Freud tentang
perkembangan psikoseksual, Erikson memilih untuk fokus pada pentingnya hubungan
sosial pada pengembangan kepribadian. Teori ini
juga melampaui masa kanak-kanak untuk melihat perkembangan di seluruh umur.
5. Kohlberg Tahapan Pembangunan Moral
Lawrence Kohlberg mengembangkan teori pengembangan psikologi kepribadian yang berfokus pada pertumbuhan
pemikiran moral. Bangunan pada proses dua-tahap yang diusulkan oleh Piaget,
Kohlberg memperluas teori untuk meliputi enam tahapan yang berbeda. Sementara
teori tersebut telah dikritik karena beberapa alasan yang berbeda, termasuk
kemungkinan bahwa ia tidak mengakomodasi jenis kelamin yang berbeda dan budaya
yang sama, teori Kohlberg tetap penting dalam pemahaman kita tentang
pengembangan psikologi kepribadian.
B.
Pengertian Masa Dewasa
Istilah adult berasal dari kata
kerja Latin, seperti juga istilah adolescene – adolescere – yang berarti
“tumbuh menjadi kedewasaan”. Akan tetapi, kata adult berasal dari bentuk lampau
partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh mnjadi
kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Oleh karena
itu,orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhanya dan
siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Setiap kebudayaan membuat pembedaan
usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi.
Ciri-ciri Masa Dewasa Dini
- Masa dewasa dini sebagai “masa pengaturan”
- Masa Dewasa Dini sebagai “Usia Produktif”
- Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Bermasalah”
- Masa Dewasa Dini sebagai Masa Ketegangan Emosional
- Masa Dewasa Dini sebagai Masa Keterasingan Sosial
- Masa Dewasa Dini sebagai Masa Komitmen
- Masa Dewasa Dini Sing Merupakan Masa Ketergantungan
- Masa Dewasa Dini sebagai Masa Perubahan Nilai
- Masa Dewasa Dini Sebagai Masa Penyesuaian Diri Dengan CaraHidup Baru
- Masa Dewasa Dini sebagai Masa Kreatif
Perkembangan Masa Dewasa Berdasarkan Teori Perkembangan
Manusia
Menurut Erikson (
Psikososial )
·
Keintiman
vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu
akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia
sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya
kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu
memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan
kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini
timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang
tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan
orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan
dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan
istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan
orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain
mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi,
peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap
ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara
baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi. Erikson menyebut adanya
kecenderungan maladaptif yang muncul dalam periode ini ialah rasa cuek, di mana
seseorang sudah merasa terlalu bebas, sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati
tanpa memperdulikan dan merasa tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya
dalam hubungan dengan sahabat, tetangga, bahkan dengan orang yang kita
cintai/kekasih sekalipun. Sementara dari segi lain/malignansi Erikson
menyebutnya dengan keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk
mengisolasi/menutup diri sendiri dari cinta, persahabatan dan masyarakat, selain
itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan
kesepian yang dirasakan.
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus
berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks
teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk
perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang
dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga
hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain.
Ritualisasi yang terjadi pada tahan ini yaitu adanya afiliasi dan
elitisme. Afilisiasi menunjukkan suatu sikap yang baik dengan mencerminkan
sikap untuk mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat, kekasih, dan
lain-lain. Sedangkan elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka dan selalu
menaruh curiga terhadap orang lain.
·
Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati
oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa
(Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai
dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari
perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan
kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala
macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas
untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai
ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu
(generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah
perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi
yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan
orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu
pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi
ini adalah tidak perduli terhadap siapapun.
Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga
mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi
yang ada adalah penolakan, di mana seseorang tidak dapat berperan secara baik
dalam lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya ditengah-tengah
area kehiduannya kurang mendapat sambutan yang baik.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan
antara generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat
dipetik yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generasional dan
otoritisme. Generasional ialah suatu interaksi/hubungan yang terjalin secara
baik dan menyenangkan antara orang-orang yang berada pada usia dewasa dengan
para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu apabila orang dewasa merasa memiliki
kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang mereka alami serta memberikan
segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara memaksa, sehingga hubungan
diantara orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung dengan baik dan
menyenangkan.
·
Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang
diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari
tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada
masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang
telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah
mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia
masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi
karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.
Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi
masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan
dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya
Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah
cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia
senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan
kekecewaan. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan
sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan
kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa
lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri
orang yang berada pada tahap paling tinggi dalam teori Erikson terdapat
integritas yang memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena
itu juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan
bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana
sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat. Kecenderungan terjadinya
integritas lebih kuat dibandingkan dengan kecemasan dapat menyebabkan
maladaptif yang biasa disebut Erikson berandai-andai, sementara mereka
tidak mau menghadapi kesulitan dan kenyataan di masa tua. Sebaliknya, jika
kecenderungan kecemasan lebih kuat dibandingkan dengan integritas maupun secara
malignansi yang disebut dengan sikap menggerutu, yang diartikan Erikson sebagai
sikap sumaph serapah dan menyesali kehidupan sendiri. Oleh karena itu,
keseimbangan antara integritas dan kecemasan itulah yang ingin dicapai dalam
masa usia senja guna memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.
Daftar Pustaka
Farozin,
H.M. Dan Fathiyah, Kartika Nur. (2004) Pemahaman
Tingkah Laku. Jakarta : Rhineka
Cipta.
Heuken,
Adolf S.J. (1979) Tantangan Membina
Kepribadian : Pedoman Mengenal Diri.
Kanisius : Yogyakarta
Koeswara, E. (2001) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.
Like It.. :-D
BalasHapusok ok ok
BalasHapus