Jika
kau dihadapkan pada suatu pilihan, manakah yang akan kau pilih, mencintai
ataukah dicintai? Begitu Tanya seorang saudara pada saya suatu ketika.
Bagaimanakah jawaban mu jika pertanyaan itu juga dihadapkan padamu?
Jelas, saya akan memilih mencintai,
meski tanpa dicintai. Karena aktivitas mencintai adalah fitrah insani yang
identik dengan member. Sebuah ekspresi hati untuk menghilangkan derita. Suatu
manifestasi positif dari rasa bahagia. Pada saat kau mencintai kau akan merasakan
dadamu begitu lapang. Merasakan kesejukan.
Aktivitas mencintai sangat mungkin
diupayakan, karena ia hadir dalam diri setelah terlebih dahulu kita mencuci
kelam dan energy negative yang bersemayam. Ia akan datang setelah sandaran
mutlak pada cahaya kita lekatkan. Aktivitas mencintai sangat mungkin kita
lakukan. Sedangkan mengharapkan dicintai adalah suatu kemungkinan yang nisbi.
Ia bisa hadir disaat kita benar-benar membutuhkannya, namun bisa jadi tak ada
sama sekali. Jika harapan itu terlalu besar, maka yang terjadi hanyalah kecewa.
Aktivitas dicintai adalah karma terhadap sebuah aktivitas mencintai. Ia akan
datang dengan sendirinya jika kita benar dan tulus dalam mencintai.
Namun demikian, mengharap dicintai
adalah sah-sah saja. Sebagai manusia, kerap kali itu menimpa kita. Tapi
kenisbian yang ada di dalamnya tak bisa kita hilangkan. Mungkin, suatu saat
kita merasa dicintai, padahal sesungguhnya kita sedang dikasihani. Mungkin pula
suatu saat kita merasa dicintai, padahal sesungguhnya kita sedang dibenci.
Mengukur cinta pada jiwa yang berbeda adalah sebuah hal yang sulit. Berbeda
dengan cinta yang kita hadirkan dalam jiwa kita sendiri. Begitu cinta itu
hadir, kita akan segera merasakan keberadaannya. Dan secara sadar kita tahu
bahwa itu cinta.
Sebab itu, jika engkau terluka, jika
engkau mengharap energy cinta untuk membuatmu bahagia dan merasa lebih
berharga. Hadirkanlah cinta dalam dirimu. Bukan menunggu cinta datang padamu.
Karena sesungguhnya, obat itu ada padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar